Kamis, 22 Januari 2015

KOLESTEROL TOTAL

Kolesterol total merupakan kadar keseluruhan kolesterol yang  beredar dalam tubuh manusia. kolesterol adalah lipid amfipatik dan merupakan kompenen structural esensial pada membran plasma. Senyawa kolesterol total ini di sintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA dan merupakan prekusor utama semua steroid lain di dalam tubuh termasuk kortikosteroid, hormone seks, asam empedu, dan vitamin D. sebagai produk tipikal metabolisme hewan, kolesterol total terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan misalnya kuning telur, daging, hati, dan otak.
Sekitar separuh kolesterol tubuh berasal dari proses sintesis di dalam tubuh (sekitar 700mg/hari) dan sisanya diperoleh dari makanan. Hati dan usus masing-masing menghasilkan sekitar 10% dari sintesis total pada manusia. dan hampir semua jaringan yang mengandung sel berinti mampu membentuk kolesterol, yang berlangsung di reticulum endoplasma dan sitosol. Bahan baku pembuatan kolesterol di dalam tubuh adalah karbohidrat, protein, atau lemak.
Selain total kolesterol, dikenal juga LDL (Low Density Lipoprotein) yang umumnya kita kenali dengan nama kolesterol jahat, kolesterol LDL merupakan bentukan kendaraan yang membawa kolesterol dan ester kolesteril ke banyak jaringan. Selain LDL sebagai kolesterol jahat, umumnya kita juga mengenal kolesterol baik yaitu kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). Kolesterol bebas dikeluarkan dari jaringan dengan menggunakan kolesterol HDL  dan diangkut ke hati.
Kolesterol LDL disebut sebagai kolesterol jahat disebabkan peranannya membawa kolesterol total ke banyak jaringan di dalam tubuh. Sehingga memberikan peluang terjadinya penumpukan kolesterol di berbagai jaringan tubuh, termasuk diantaranya dalam pembuluh darah. Dan kolesterol HDL disebut sebagai kolesterol baik karena memiliki fungsi terbalik dari kolesterol LDL yaitu mengambil kolesterol dari jaringan-jaringan di dalam tubuh dan mengembalikannya ke hati,
Hati merupakan tempat kolesterol dieliminasi dari tubuh tanpa diubah atau setelah diubah menjadi asam empedu dalam proses yang disebut transpor kolesterol terbalik. Kolesterol adalah unsur pokok batu empedu. Tetapi , peran utama kolesterol total dalam proses patologis adalah sebagai faktor pembentukan aterosklerosis arteri-arteri vital, yang dapat menimbulkan penyakit pembuluh darah perifer, koroner, dan serebrovaskular.

GOT, GPT, dan Gamma GT



GOT
Glutamic Oxaloacetic Transaminase (GOT) adalah suatu enzim yang berhubungan dengan sel parenkim hati. GOT juga disebut aspartateaminotransferase (AST). Pemeriksaan GOT merupakan pengukuran kadar GOT dalam darah. Pemeriksaan ini kurang spesifik untuk mendeteksi kerusakan hati, karena enzim GOT juga dihasilkan oleh sel lain seperti sel jantung dan sel otot skelet.
Pemerikasaan GOT dimaksudkan untuk memantau dan menetapkan terapi bagi penderita hepatitis atau kanker hati, dengan demikian prosedur pengobatan akan lebih tepat dan terarah.
            Enzim GOT mengkatalisis perpindahan gugus amino dari aspartat kepada 2-oksoglutarat untuk menjadi L-glutamat dan oksaloasetat. 

       GPT
GPT adalah singkatan dari Glutamic Piruvic Transaminase. GPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler.
Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes GPT/ALT lebih tinggi daripada GOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya.
            Pada manusia, enzim GPT ini banyak disebabkan oleh indikasi kerusakan hati, dalam analisis klinik, pemeriksaan GPT dilakukan untuk : Identifikasi penyakit hati, terutama sirosis dan hepatitis yang disebabkan oleh alkohol, narkoba, atau virus, membantu memeriksa kerusakan hati, mengetahui apakah penyakit kuning disebabkan oleh darah atau penyakit hati, melacak dampak kolesterol dampak obat-obatan lainnya yang dapat merusak hati. 

            Gamma-glutamil transferase (GGT)
            Gamma-glutamil transferase (GGT) adalah enzim yang ditemukan terutama di hati dan ginjal, sementara dalam jumlah yang rendah ditemukan dalam limpa, kelenjar prostat dan otot jantung. Gamma-GT merupakan uji yang sensitif untuk mendeteksi beragam jenis penyakit parenkim hati. Kebanyakan dari penyakit hepatoseluler dan hepatobiliar meningkatkan GGT dalam serum. Kadarnya dalam serum akan meningkat lebih awal dan tetap akan meningkat selama kerusakan sel tetap berlangsung.
GGT adalah salah satu enzim mikrosomal yang bertambah banyak pada pemakai alkohol, barbiturat, fenitoin dan beberapa obat lain tertentu. Alkohol bukan saja merangsang mikrosoma memproduksi lebih banyak enzim, tetapi juga menyebabkan kerusakan hati, meskipun status gizi peminum itu baik. Kadar GGT yang tinggi terjadi setelah 12-24 jam bagi orang yang minum alkohol dalam jumlah yang banyak, dan mungkin akan tetap meningkat selama 2-3 minggu setelah asupan alkohol dihentikan. Tes gamma-GT dipandang lebih sensitif daripada tes fosfatase alkalis (alkaline phosphatase, ALP).
            Metode pemeriksaan untuk tes GGT adalah spektrofotometri atau fotometri, dengan menggunakan spektrofotometer/fotometer atau alat kimia otomatis. Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa serum atau plasma heparin.
Enzim gamma-glutamil transferase untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Hanes dalam tahun 1950. Enzim ini juga dinamakan gamma-glutamil transpeptidase atau disingkat GGT. Pada awal tahun 60-an gamma-glutamil transferase telah menarik perhatian klinik dan hubungan antara penyakit-penyakit tertentu dengan peningkatan kadar enzim tersebut dalam serum telah diselidiki. Beberapa tahun kemudian pemeriksaan enzim gamma-glutamil transferase serum merupakan suatu pemeriksaan rutin dalam klinik untuk memperkuat diagnosis berbagai macam penyakit

Fungsi enzim gamma-glutamil transferase ialah mengkatalisis pemindahan gugus gamma-glutamil dari suatu peptide yang mengandung gugus tersebut, misalnya glutation, kepeptida lain atau ke asam amino. sebagai akseptor gugus gamma glutamil airpun dapat berperan, dan bila ini terjadi maka yang berlangsung adalah proses hidrolisis. Gamma-glutamil transferase adalah suatu glikoprotein dengan bagian karbohidratnya sebanyak 20%. Molekul enzim juga mengandung gugus sulfhidril. Di dalam tubuh enzim terutama terikat pada membran-membran sel epitel dan limfoid. Pada isolasi enzim telah ditemukan bentuk dengan berat molekul 200.000 yang dinamakan "heavy form". Bentuk ini dapat dipecah dengan penambahan bromelain dan dihasilkan bentuk dengan berat molekul sekitar 68.000 yang dinamakan "light form". Bentuk yang terakhir ini dapat dipisahkan menjadi 12 isoenzim yang semuanya aktif dan mempunyai jumlah asam amino, heksosa dan aminoheksosa yang sama,hanya berbeda dalam jumlah asam sialat.

Test Imunoserologi (Deteksi Dini Hepatitis)



Penyakit hepatitis merupakan salah satu penyakit yang penularannya sangat mudah dan sulit mendeteksi bahwa orang tersebut terinfeksi selain melalui pemeriksaan darah, karena orang yang terinfeksi akan Nampak sehat seperti orang lain.



Dikenal lima jenis virus hepatitis yang dapat dideteksi dengan uji laboratorium, yaitu : virus hepatitis A (hepatitis A virus, HAV), virus hepatitis B (hepatitis B virus, HBV), virus hepatitis C (hepatitis C virus, HCV), virus hepatitis D (hepatitis D virus, HDV), dan virus hepatitis E (hepatitis E virus, HEV). Virus hepatitis dapat dideteksi dengan pengujian antigen serum, antibodi, DNA, RNA, dan/atau immunoglobulin (IgG dan IgM).



Perbedaan virus-virus hepatitis berdasarkan metode transmisi, masa inkubasi,; ikterik, fase akut dan kronis dari penyakit, status carrier, imunitas, dan laju mortalitas adalah sebagai berikut :

·                     Virus Hepatitis A (HAV)

Virus hepatitis A terutama ditransmisikan lewat kontak fekal-oral. Ikterik merupakan tanda awal HAV yang dapat terjadi beberapa hari setelah infeksi virus dan dapat berlangsung selama 12 minggu. Antibodi terhadap HAV, yaitu IgM anti HAV dan IgG anti-HAV digunakan untuk mengkonfirmasi fase infeksi hepatitis A. IgM anti-HAV mengindikasikan fase akut infeksi (infeksi sedang berlangsung); muncul di awal infeksi dan menghilang dalam 2-3 bulan. IgG anti-HAV muncul lebih lambat dan mengindikasikan fase pemulihan, pasca infeksi, atau imunitas. Sekitar 45-50 % penderita HAV dapat memiliki IgG anti-HAV yang menetap seumur hidupnya.

·                     Virus Hepatitis B (HBV)


Virus hepatitis B jga disebut hepatitis serum. Terdapat berbagai uji serologik untuk mendiagnosis HBV dan untuk mengetahui daya tular serta prognosis penderita. Uji-uji yang tersedia secara komersial meliputi pemeriksaan antigen permukaan hepatitis B (hepatitis B surface antigen, HBsAg), antibodi HBsAg (anti-HBs), antibodi inti hepatitis B (anti HBc), antibodi IgM spesifik inti hepatitis B (IgM anti HBc), antigen e hepatitis B (HBeAg), antibodi e hepatitis B (anti-HBe).

o                  Antigen permukaan hepatitis (HBsAg)

Indikator paling awal untuk mendiagnosis infeksi virus hepatitis B adalah antigen permukaan hepatitis B (HBsAg). Penanda serum ini dapat muncul sekitar 2 minggu setelah penderita terinfeksi, dan akan tetap ada selama fase akut infeksi sampai terbentuk anti-HBs. Jika penanda serum ini tetap ada selam 6 bulan, hepatitis dapat menjadi kronis dan penderita dapat menjadi carrier. Vaksin hepatitis B tidak akan menyebabkan HBsAg positif. Penderita HBsAg positif tidak boleh mendonorkan darah.

o                  Antibodi antigen permukaan hepatitis B (anti-HBs)

Fase akut hepatitis B biasanya berlangsung selama 12 minggu, oleh karena itu HBsAg tidak didapati dan terbentuk anti-HBs. Penanda serum ini mengindikasikan pemulihan dan imunitas terhadp virus hepatitis B. IgM anti-HBs akan menentukan apakah penderita masih dalam keadaan infeksius. Titer anti-HBs >10 mIU/ml dan tanpa keberadaan HBsAg, menunjukkan bahwa penderita telah pulih dari infeksi HBV.

o                  Antigen e hepatitis B (HBeAg)

Penanda serum ini hanya akan terjadi jika telah ditemukan HBsAg. Biasanya muncul 1 minggu setelah HBsAg ditemukan dan menghilang sebelum muncul anti-HBs. Jika HBeAg serum masih ada setelah 10 minggu, penderita dinyatakan sebagai carrier kronis.

o                  Antibodi antigen HBeAG (anti-HBe)

Bila terdapat anti-HBe, hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi pemulihan dan imunitas terhadap infeksi HBV.

o                  Antibodi antigen inti (anti-HBc)

Anti HBc terjadi bersamaan dengan temuan HBsAg positif kira-kira 4-10 minggu pada fase HBV akut. Peningkatan titer IgM anti-HBc mengindikasikan proses infeksi akut. Anti-HBc dapat mendeteksi penderita yang telah terinfeksi HBV. Penanda serum ini dapat tetap ada selama bertahun-tahun, dan penderita yang memiliki anti-HBc positif tidak boleh mendonorkan darahnya.

Pemeriksaan anti-HBc dan IgM anti-HBc sangat bermanfaat untuk mendiagnosis infeksi HBV selama “window period” antara hilangnya HBsAg dan munculnya anti-HBs.

·                     Virus Hepatitis C (HCV)

Istilah HBC sebelumnya dikenal dengan sebutan hepatitis non-A non-B. Virus ini ditransmisikan secara parenteral. Kasus ini lebih sering terjadi pada kasus pasca transfusi, tetapi juga perlu dipertimbangkan pada ketergantungan obat, tusukan jarum, hemodialisis, dan hemophilia. Kira-kira setengah dari kasus HCV akut menjadi carrier kronis.

Antibodi virus hepatitis C (anti-HCV) : HCV dikonfirmasi dengan uji anti-HCV. Anti-HCV tidak mengindikasikan imunitas seperti yang dihasilkan oleh anti-HBs dan anti-HBe.

·                     Virus Hepatitis D (HDV)

Virus hepatitis D (delta) adalah suatu virus cacat yang hanya dapat menginfeksi penderita yang sudah mengalami infeksi HBV aktif. Virus ini ditransmisikan secara parenteral. Virus ini diselubungi oleh HBsAG, dan bergantung pada HBV untuk terjadinya replikasi. Infeksi HDV biasanya berat dan terjadi 7-14 hari setelah infeksi HBV yang akut dan parah. Infeksi HDV ini memiliki angka kejadian yang rendah, kecuali pada penyalahgunaan obat intravena, dan penderita yang menerima transfusi ganda. Infeksi HDV timbul sebagai fase akut HBV atau sebagai carrier kronis infeksi HBV. Dari semua jenis infeksi hepatitis, HDV merupakan hepatitis fulminas serta menimbulkan angka kematian yang tinggi.

Antigen Hepatitis D (HDAg) : Deteksi HDAg dan HDV-RNA mengindikasikan fase akut HBV dan infeksi HDV. Ketika HBsAg hilang diikuti HDAg, anti-HDV timbul kemudian dan dapat mengindikasikan hepatitis D kronis.

·                     Virus Hepatitis E (HEV)

HEV ditransmisikan secara fekal-oral dan bukan parenteral. Hepatitis E terjadi akibat meminum air yang tidak bersih dan juga saat bepergian ke daerah Meksiko, Rusia, India, atau Afrika. Antibodi terhadap hepatitis E (anti-HEV) digunakan untuk mendeteksi infeksi hepatitis E.


FUNGSI dan ARTI PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI


  • Feritin
    Mengetahui cadangan besi dalam tubuh
  • HBsAG
    Untuk mengetahui adanya infeksi virus Hepatitis B
    • Jika HBsAG Positif: Terinfeksi virus Hepatitis B
    • Jika HBsAG Positif selama lebih dari 6 bulan: Berarti pasien menderita Hepatitis B kronis; disarankan untuk rutin memeriksakan fungsi hati (SGOT, SGPT, Protein Total, Albumin, AFP) minimal 6 bulan sekali
  • Anti HBs
    Untuk mengetahui adanya antibody / zat kekebalan terhadap virus Hepatitis B
1.                   Pada penderita Hepatitis B, anti HBs positif merupakan tanda kesembuhan
2.                   Pada pasien yang belum / sudah mmendapatkan vaksinasi Hepatitis B, jika anti HBs positif berarti pasien sudah mempunyai kekebalan terhadap infeksi virus Hepatitis B. Disarankan untuk rutin memeriksakan kadar anti HBs, jika kadar Anti HBs menurun, perlu diberikan vaksinasi ulang
3.                   Jika HBsAg dan Anti HBs negatif: Pasien belum pernah terinfeksi dan belum mempunyai kekebalan terhadap infeksi Hepatitis B, disarankan untuk vaksinasi

  • HBeAg
    Disarankan untuk diperiksa bila HBsAg positif. Bila HBeAg positif berarti penderita masih infeksius (Berpotensi menularkan virus Hepatitis B)
  • HBV DNA
    Untuk mengetahui jumlah virus hepatitis B yang masih hidup: digunakan untuk memantau perjalanan penyakit dan terapi Hepatitis B
  • Anti HCV
    Untuk mengetahui adanya antibody terhadap virus Hepatitis C. Anti HCV positif berarti pasien menderita Hepatitis C
  • HCV RNA
    Untuk mengetahui jumlah virus Hepatitis C yang masih hidup, dipergunakan untuk memantau perjalanan penyakit dan terapi Hepatitis C
  • Anti Dengue IgM dan IgG
    Untuk mengetahui adanya infeksi virus dengue, penyebab demam dengue / demam berdarah
  • Anti Toxoplasma IgM
    Untuk mengetahu adanya infeksi akut dari Toxoplasma Gondii
  • Anti Toxoplasma IgG
    Merupakan petanda adanya kekebalan terhadap infeksi Toxoplasma Gondii
  • Anti CMV IgM
    Untuk mengetahui adanya infeksi akut dari CMV (Cytomegalovirus)
  • Anti CMV IgG
    Merupakan petanda adanya kekebalan terhadap infeksi CMV (Cytomegalovirus)
  • Anti Rubella IgM
    Untuk mengetahui adanya infeksi akut dari virus Rubella
  • Anti Rubella IgG
    Merupakan petanda adanya kekebalan terhadap infeksi Rubella
  • AntiHSV2 IgM
    Untuk mengetahui adanya infeksi akut dari virus Herpes Simpleks tipe 2
  • AntiHSV2 IgG
    Merupakan petanda adanya kekebalan terhadap infeksi virus Herpes Simpleks tipe 2

IMUNOSEROLOGI

Imunoserologi adalah bidang ilmu kedokteran yang mempelajari:
·                     Identifikasi terhadap antibodi yaitu protein yang dibuat dari sel darah putih yang berespon terhadapantigen, protein asing di dalam tubuh.
·                     Investigasi masalah yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh seperti penyakit autoimunitas yaitu ketika sistem kekebalan tubuh berubah melawan jaringan tubuh sendiri dan kelainan imunodefisiensi yaitu ketika sistem kekebalan tubuh kurang aktif.
·                     Mempelajari kecocokkan organ untuk transplantasi.



Imunologi

Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malafungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimunhipersensitivitas,
defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitroin situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.

Serologi
Serologi ialah ilmu yang mempelajari reaksi antigen antibody secara invitro
Untuk dapat menegakkan diagnose suatu penyakit infeksi:kita harus dapat mengisolasi atau menemukan kuman penyebabnya. Proses isolasi atau menemukan kuman tersebut memakan waktu yang cukup lama dan sulit dalam pelaksanaannya. Apabila sebuah kuman masuk kedalam tubuh kita maka kuman tersebut akan merupakan suatu antigen (benda asing)bagi tubuh kita dan selanjutnya akan merangsang tubuh kitauntuk membentuk antibody terhadap kuman tersebut. Dengan dapat ditemukannya antibody tersebut dalam tubuh kita, mka hal ini akan membantu kita dalam menegakkan diagnose suatu penyakit infeksi. Proses untuk menemukan atau mendeteksi adanya antigen dan antibody tersebut yang selanjutnya kita kenal dengan pemeriksaan serologi. Beberapa contoh pemeriksaan serologi adalah: Widal, VDRL, Toxoplasmosis, Hepatitis, AIDS, dsb. Dalam kuliah ini akan dibahas pemeriksaan serologi untuk Widal dan Hepatitis A dan B.