Kamis, 08 Oktober 2015

MIKOSIS




            Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik dan tidak termasuk golongan tumbuhan. Ilmu yang mempelajari jamur disebut mikologi. Penyakit yang disebabkan oleh jamur disebut mikosis. Mikosis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : mikosis superfisial dan mikosis sistemik/profunda.
1.      MIKOSIS SUPERFISIAL
Mikosis superfisial ialah penyakit jamur yang mengenai lapisan permukaan kulit, yaitu stratum korneum, rambut dan kuku. Mikosis superfisial dibagi dalam dua kelompok: a) Dermatofitosis dan b) Non Dermatofitosis :
a) Dermatofitosis
Dermatofitosis ialah mikosis superfisialis yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Jamur ini mengeluarkan enzim keratinase sehingga mampu mencerna keratin pada kuku, rambut dan stratum korneum pada kulit.
Etiologi
Dermatofitosis disebabkan jamur golongan dermatofita yang terdiri dari tiga genus yaitu genus: Mikrosporon, Trikofiton dan Epidermofiton. Dari 41 spesies dermafito yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang terdiri dari 15 spesies Trikofiton, 7 spesies Mikrosporon dan 1 spesies Epidermafiton.
Gambaran Klinis
Umumnya gejala-gejala klinik yang ditimbulkan oleh golongan geofilik pada mausia bersifat akut dan sedang dan lebih mudah sembuh. Dermatofita yang antropofilik terutama menyerang manusia, karena memilih manusia sebagai hospes tetapnya. Golongan jamur ini dapat menyebabkan perjalanan penyakit menjadi menahun dan residif , karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan. Contoh jamur yang antropofilik ialah: Mikrosporon audoinii Trikofiton rubrum.
Cara Penularan
Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air.
Penyakit yang Ditimbulkan
1)      Tinea Kapitis
Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya.
Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :
1. Gray pacth ring worm
Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas “Grey pacth” tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies mikrosporon dan trikofiton.
2. Black dot ring worm
Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum, mentagrofites. infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran ” back dot”. Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama adalah Trikofiton tonsusurans dan T.violaseum.
3. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.
4.Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus “moussy odor”. Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.
2)      Tinea Korporis
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah.
Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat teIjadi bersama-sama dengan Tinea kruris.
Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. Mikrosporon gipseum, M.kanis, M.audolini. Penyakit ini sering menyerupai : 1) Pitiriasis rosea, 2) Psoriasis vulgaris, 3) Morbus hansen tipe tuberkuloid, dan 4) Lues stadium II bentuk makulo-papular.
3)      Tinea Kruris
Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif. Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila
Penyebab utama adalah Epidermofiton flokkosum, Trikofiton rubrum dan T.mentografites.
4)      Tinea Pedis
Tinea pedis disebut juga Athlete’s foot = “Ring worm of the foot”. Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.
Ada 3 bentuk Tinea pedis yaitu sebagai berikut :
1. Bentuk intertriginosa
Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.
2. Bentuk hiperkeratosis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisurafisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.
3. Bentuk vesikuler subakut
Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikel-vesikel ini memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan.
Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum.
5)      Tinea Unguium
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen jamur. Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali, penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah seluruh kukunya sudah terkena penyakit.
Penyebab utama adalah : T.rubrum, T.metagrofites
6)      Tinea Imbrikata
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh Trikofiton consentricum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous dengan skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh permukaan tubuh sehingga menyerupai :
1. Eritrodemia
2. Pempigus foliaseus
3. Iktiosis yang sudah menahun
7)      Tinea Barbae
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus.
Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion
–          Superfisialis : kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-mula kecil selanjutnya meluas ke arab luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini menyerupai tinea korporis.
–          Kerion : bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi.
Penyebab utama : Berbagai spesies jamur yang zoofilik misalnya T.verrucosum
b) Non Dermatofitosis
Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar. Hal ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar. Yang masuk ke dalam golongan ini adalah :
1)       Tinea Versikolor
Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.
Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok, biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat milier,lentikuler, numuler sampai plakat.
Ada dua bentuk yang sering dijumpai :
–      Bentuk makuler : Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama halus diatasnya dan tepi tidak meninggi.
–      Bentuk folikuler : Seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut
Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana perubahan dari saprofit menjadi patogen belum diketahui. Organisme ini merupakan “lipid dependent yeast”. Timbulnya penyakit ini juga dipengaruhi oleh faktor hormonal, ras, matahari,peradangan kulit dan efek primer pytorosporum terhadap melanosit.
Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila,berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit pucat maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas lesi terdapat sisik halus.
2)       Piedra
Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang memberikan benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut.
Ada dua macam :
–      Piedra putih
Disebabkan oleh jamur jenis Trikosporon beigelii erupakan yang terdapat pada rambut. Piedra putih ditemukan pada rambut ketiak dan pubis, jarang mengenai rambut kepala. Piedra putih terutama terdapat didaerah subtropis, daerah dingin, (di Indonesia belum ditemukan). Jamur penyebab piedra putih mempunyai hifa yang tidak berwarna, termasuk moniliaceae. Jamur berbentuk hifa berukuran 2-4 mikron, artokondria dan blastokonidia. Benjolan pada piedra putih terlihat lebih memanjang pada rambut dan anyaman hifa tidak padat. Benjolan mudah dilepas dari rambut. Tidak terlihat askus pada massa jamur.
Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang yang sudah terkena infeksi. Pada piedra putih, kelainan rambut tampak sebagai benjolan yang berwarna putih kekuningan. Selain pada rambut kepala, dapat juga menyebabkan kelainan pada rambut kumis dan rambut janggut.
–      Piedra hitam
Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam) yang disebabkan oleh jamur Piedraia hortae.  Penyakit ini umumnya terdapat di daerah tropik, terutama Indonesia. Jamur ini tergolong kelas ascomycetes dan membentuk spora seksual. Piedraia hortae, termasuk jamur Dematiaceae. Pada sediaan langsung dari koloni yang padat ini terlihat hifa hitam berseptum. Dalam koloni yang padat tersebut juga dibentuk askus yang berisi askospora.
Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur penyebab dan jamur akan tumbuh membentuk koloni di sepanjang batang rambut. Diagnosis piedra hitam ialah dengan memriksa benjolan pada rambut.
3)       Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur dapat masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk mengorek-ngorek telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air. Penderita akan mengeluh merasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana timpani, maka daerah ini menjadi merah, berskuama, mengeluarkan cairan srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan pendengaran. Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema. Penyebab biasanya jamur kontaminasi yaitu Aspergillus, sp, Mucor, Rhizopus, Candida  dan Penicillium.
Jamur penyebab otomikosis merupakan jamur kontaminan yang terdapat di udara bebas. Aspergillus dan Penicillium membentuk spora aseksual yang tersusun seperti rantai yang disebut konidia (aleuriospora). Konidia dibentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor. Spora aseksual yang dibentuk oleh Mucor dan Rhizopus, ialah sporangiospora yang letaknya di dalam gelembung sporangium. Rhizopus membentuk rizoid (akar semu), sedangkan Mucor tidak. Semua jamur ini membentuk koloni filamen pada biakan.jamur Candida terdiri atas sel-sel ragi yang kadang-kadang bertunas (blastospora) dan hifa semu (yaitu hifa yang terbentuk dari rantai blastopora) yang memanjang dan menyempit pada sekatnya. Jamur ini membentuk koloni :seperti ragi” pada biakan.
4)      Tinea Nigra Palmaris
Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit telapak kaki dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit yang terserang dan kadang-kadang tampak bersisik. Penyebabnya adalah Cladosporium wemecki atau Cladosporium mansoni jamur ini banyak menyerang anak-anak dengan higiene kurang baik dan orang-orang yang banyak berkeringat. Tinea nigra palmaris banyak ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah. Penyakit ini jarang ditemukan di Indonesia.
Jamur ini termasuk Dematiaceae yang membentuk koloni berwarna coklat hitam. Pada biakan tumbuh koloni berwarna hitam dan padat. Sediaan langsung koloni ini menunjukkan hifa berseptum dan berwarna coklat/hitam.
2.      MIKOSIS SISTEMIK (MIKOSIS PROFUNDA)
Mikosis sistemik/profunda ialah penyakit jamur yang mengenai alat dalam. Penyakit ini dapat terjadi karena jamur langsung masuk ke alat dalam (misalnya paru), melalui luka, atau menyebar dari permukaan kulit atau alat dalam lain. Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma) atau menyebabkan penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis). Mikosis sistemik terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur dengan gejala klinis tertentu di bawah kulit misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktusurogenital, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang kulit.
a) Ditinjau dari penyakit jamur subkutan yang dijumpai di Indonesia
1)        Misetoma
Misetoma ialah sindrom klinis yang disebabkan oleh infeksi jamur, terdiri atas pembengkakan setempat yang indolen dan membentuk sinus, menyerang jaringan kutan, subkutan, fasia dan tulang. Infeksi misetoma terjadi melalui trauma, misalnya tusukan duri yang terkontaminasi jamur (biasanya pada tanah) pada kulit atau jaringan subkutan.
Terdapat dua bentuk misetoma :
–      Misetoma aktinomikotik (bacterial mycetoma) yang disebabkan oleh jamur golongan schizomycophyta, yaitu Actinomycetes, Nocardia dan Streptomyces. Jamur penyebab yang penting adalah Actinomadura pelletieri, Nocardia brasiliensis dan Streptomyces somaliensis.
–      Misetoma maduramikotik (fungal mycetoma atau eumycetoma) disebabkan oleh jamur golongan eumycophyta, diantaranya adalah Madurella mycetomatis, Scedosporium apiospermum , Madurella grisea, Leptosphaeria sinegalinsis.
Hifa jamur membentuk gumpalan yang disebut butir-butir jamur yang merupakan koloni jamur di dalam jaringan. Butir-butir jamur dapat berwarna putih, kekuning-kuningan, tengguli hitam atau berwarna lain, tergantung pada spesies jamur penyebabnya.
Pengobatan misetoma biasanya harus disertai reseksi radikal, bahkan amputasi kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Obat-obat misalnya kombinasi kotrimoksazoldengan streptomisin dapat bermanfaat, bila penyakit yang dihadapi adalah misetomaaktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan waktu lama (9 bulan- 1 tahun) dan bila kelainan belum meluas benar. Obat-obat baru antifungal misalnya itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik.
2)        Sporotrikosis
Sporotrikosis adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium schenckii dan ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis diatas nodus bening sering melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Infeksi terjadi karena jamur masuk ke dalam jaringan subkutis melalui luka pada kulit oleh duri atau kayu lapuk. Infeksi dapat juga melalui inhalasi spora.
Sporotrikosis disebabkan oleh Sporotrichum schenckii atau Sporothrix schenckii. Dialam bebas, S.schenckii sering terdapat di tanah dan tumbuh-tumbuhan yang sudah lapuk. Sporotrichum schenckii adalah jamur dimorfik bergantung suhu (thermally dimorphic). Biakan jamur pada suhu kamar membentuk koloni filamen putih dengan hifa halus dan spora yang tersusun menyerupai bunga pada ujung konidiofora. Pada suhu 37°C biakan membentuk koloni ragi dengan blastospora yang bulat dan lonjong.
3)       Kromomikosis
Kromomikosis merupakan infeksi lokal yang menahun pada kulit dan jaringan subkutis orang sehat dan imunokompeten, yang sering terjadi pada kaki atau tungkai bawah, dengan kelainan khas berbentuk kutil (verrucous) yang secara lambat tumbuh terus. Kelainan ini disebabkan oleh beberapa spesies jamur berwarna gelap coklat kehitaman (dematiaceae).
Kromomikosis disebabkan oleh beberapa spesies jamur yang tergolong Dematiaceae. Diantaranya adalah Phialophora verrucosa, Fonseceae pedrosoi, Fonseceae compacta, Cladosporium carrionii dan Rhinocladiella aquaspersa. Jamur penyebab kromomikosis terdapat di tanah, kayu dan tumbuh-tumbuhan yang sudah busuk. Jamur ini tergolong Dematiaceae, berwarna gelap coklat sampai coklat kehitaman dan membentuk koloni filamen. Masing-masing spesies mempunyai jenis sporulasi yang berbeda.
Pengobatan yang biasanya dengan pemberian larutan kaliumIodida jenuh oral. Dalam hal yang rekalsitran pengobatan dengan amfoterisin B atauitrakonazol dapat diberikan.
4)       Zigomikosis, Fikomikosis, Mukormikosis
Penyakit jamur ini terdiri atas berbagai infeksi yang disebabkan oleh bermacam-macam jamur pula yang taksonominya dan peranannya masih didiskusikan. Zygomycetes meliputi banyak genera yaitu : Mucor, Rhizopus, Absidia, Mortierella, dan Cunning-hamella. Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang pada dasarnya oportunistik, maka pada orang sehat jarang ditemukan Fikomikosis subkutan. Kelainan timbul di jaringan subkutan antara lain: di dada, perut, atau lengan ke atas sebagai nodus subkutan yang perlahan-lahan membesar setelah sekian waktu. Nodus itu konsistennya keras kadang dapat terjadi infeksi sekunder. Penderita pada umumnya tidak demam dan tidak disertai pembesaran kelenjar getah bening regional. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologik dan biakan. Jamur agak khas hifa lebar 6-50 µm seperti pita, tidak bersepta, dan coenocytic.
Sebagai terapi fikomikosis subkutan dapat diberikan larutan jenuh kalium Iodida.Mulai dari 10-15 tetes 3 kali sehari dan perlahan-lahan dinaikkan sampai timbul gejalaintoksikasi, penderita mual dan muntah. Kemudian dosis diturunkan 1-2 tetes dandipertahankan terus menerus sampai tumor menghilang. Itrakonazol berhasil mengatasifikomikosis subkutan dengan baik. Prognosis bentuk klinis ini umumnya baik
b) Ditinjau dari penggolongan Infeknya
Ditinjau dari penggolongan Infeknya Ada dua macam infeksi yaitu : Infeksi sistemik primer dan infeksi oportunis.
  1. Infeksi Sistemik Primer : Ada beberapa infeksi yang disebabkan oleh jamur yaitu : Nocardiosis, Kriptokokosis, Histoplasmosis, Koksidioidomikosis, Blastomikosis
1)       Nokardiosis
Nokardiosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh Nocardia sp. Nocardia spesies terdapat dialam bebas,di tanah sebagai saprofit.Penyakit terjadi karena inhalasi jamur(terhirup).infeksi ini lebih sering terjadi pada laki – laki dari pada perempuan .manusia jarang terkena Nocardia sp. kecuali pada individu yang irnnunokomporis.terdapat dua bentuk nokardiosis yaitu nokardiosis sistemik dan nokardiosis misetoma.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Nocardia asteroides, infeksi terjadi melalui inhalasi. Kelainan primer terjadi pada paru – paru menyebar melalui darah dapat menginfeksi ginjal dan otak. Nokardiosis ialah penyakit kosmopolit .Di Indonesia telah dilaporkaan penderita nokardiosis paru diantaranya disebabkan oleh  N. Brasiliensis. Nocardia berukuran diameter < I mikron,bersifat gram positif Nocardia asteroides, N. Brasiliensis bersifat tahan asam sebagian. Koloni Nocardia bersfat aerob. Infeksi terjadi dengan inhalasi jamur, kelainan primer terdapat dalam paru dan menyerupai penyakit paru lain. Dengan penyebaran hematogen,jamur dapat ke alat alat lain terutama ke otak dan ginjal.
2)  Kriptokokosis           
Kriptokokosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans. Jamur ini hidup ditanah yang mengandung kotoran burung merpati, menyebabkan penyakit Meningitis. Infeksi terjadi jika spora masuk melalui inhalasi ke paru –paru, jamur berkembang biak dalam alveoli dan dapat menimbulkan penyakit pada paru-paru jika faktor predisposisi mendukung. Sering kali gejala infeksi paru tidak diperhatikan karena ringan, tetapi jika telah masuk ke otak dan timbul gejala yang menonjol barulah dilakukan pemeriksaan terhadap kriptokokosis.
Bahan pemeriksaan berasal dari sputum, LCS, darah, Urin, kotoran burung merpati. Pemeriksaan langsung dilakukan dengan menggunakan KHO tinta cina untuk melihat adanya kapsul pada spora yang berbentuk oval. Biakan pada media Sabaroud agar tampak koloni berwarna krem, konsistensi mucoid (berlendir).
 3)  Histoplasmosis
Histoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum yang  bersifat dimorfik dan menyebabkan penyakit histoplasmosis. Infeksi terjadi jika spora masuk melalui inhalasi pada paru-paru dan menimbulkan peradarangan setempat, diikuti dengan pembesaran kelenjar limfe regional. Dengan foto Rontgen tampak gambaran menyerupai tuberculosis paru. Jika infeksi dibiarkan maka akan menimbulkan penyakit yang lebih parah lagi menyebar ke seluruh organ dalam dan dapat menimbulkan kematian.
Bahan pemeriksaan berasal dari sputum, darah, LCS, urin dan bahan biopsi. Pemeriksaan langsung dari bahan yang berasal dari jaringan maka akan tampak spora yang berbentu bulat / oval (yeast).
Bahan pemeriksaan ditanam pada media Saboraud agar akan tumbuh koloni:
–    Koloni Yeast jika diinkubasi pada suhu 37˚ C
–    Koloni  Mold jika diinkubasi pada suhu ruang.
Jika dilakukan pemeriksaan mikroskopik maka pada koloni yeast tampak spora yang berbentuk oval. Dan pada koloni mold jika dilakukan pemeriksaan mikroskopik maka tampak hifa- hifa dan makrokonidia.
4) Koksidiomikosis
Koksidiomikosis merupakan penyakit pernapasan yang cara infeksinya dengan inhalasi spora C.immitis, jamur dimorfik yang terdapat di alam bebas. C. Immitis adalah jamur dimorfik. Di tanah dan dalam biakan dalam suhu kamar C.immitis membentuk koloni filamen. Hifa jamur ini membentuk artrospora dan mengalami fragmentasi.  Artrospora ringan, mudah dibawa oleh angin dan terhirup ke dalam paru. Pada suhu 37°C, C.immitis membentuk koloni yang terdiri atas sferul yang berisi endospora.
5) Blastomikosis
            Penyebabnya ialah Blastomyces dermatitidis. Jamur ini adalah jenis jamur dimorfik dan terdapat bebas di alam. Dalam biakan pada suhu 37°C dan jaringan manusia, jamur tumbuh sebagai sel ragi (8 – 15 mikron) berdinding tebal dan berkembang biak dengan membentuk tunas. Tunas ini berhubungan dengan sel induk pada dasar yang lebar. Biasanya hanya dibentuk satu tunas. Biakan pada suhu kamar membentuk koloni filamen dengan mikrokonidia berbentuk lonjong sampai bulat. Pengobatan dilakukan dengan pemberian amfoterisin-B secara intravena.
2.  Infeksi Oportunis : Ada beberapa infeksi yang disebabkan oleh jamur yaitu : Kandidiasis, Aspergilosis
1) Kandidiasis
            Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida , Candida yang paling patogen adalah Candida albicans  dan paling sering ditemukan . Genus ini  hidup sebagai saprofit dan merupakan flora normal kulit dan selaput mukosa, saluran pencernaan, vagina dialam ditemukan pada air , tanah.Infeksi terjadi melalui kontak, tertelan,dan lesi/ traumatik Jamur ini berbentuk dimorfik yaitu berbentuk hifa / speudohifa ditemukan pada penyakit atau bentuk patogen dan berbentuk ragi / yeast merupakan bentuk istirahat sebagai saprofit. Kandida berada pada jaringan yang mati dan melakukan invasi kebawah permukaan kulit atau mukosa yang luka, terjadinya invasi ke jaringan bawah kulit dipengaruhi oleh faktor virulensi, kolonisasi pada kulit serta terjadinya penurunan daya tahan tubuh. Faktor virulensi berperan dalam terjadinya adhesi candida pada endotel dan epitel, sekresi enzim memudahkan invasi jaringan dan kemampuan mengatasi imunitas inang, candida mampu membentuk pseudohifa dan enzim proteinase aspartat untuk menembus sel jaringan inang.
Terdapat beberapa bentuk gambaran klinik yaitu:
1. Kandidiasis kutis, terdiri dari : Kandidiasis intertriginosa, Paronikia, Diaper   diseases (kandidiasis popok) dan Granuloma kandida
2. Kandidiasis mukokotan terdiri dari :
o Pada mulut : thrush, glosistis, stomatis, chelitis, perleche
o Vaginitis
o Bronkhus dan paru –paru
o Saluran pencernaan
o Kandidiasis mukokutan kronik
Bahan pemeriksaan berasal dari swab vagina, sputum, LCS, sekret mata, mukosa mulut. Pemeriksaan langsung dengan pulasan gram dan KOH 10 %. Secara mikroskopik tampak spora yang berbentuk oval, pada pulasan gram bersifat gram positip. Ditemukan blastospora, klamidospora, pseudohifa. Pada media Sabaroud agar koloni tampak krem konsistensi smooth Bau seperti ragi.
2) Aspergilosis
            Aspergilosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Aspergillus. Jamur ini terdapat dialam bebas, sehingga sporanya sering diisolasi dari udara. Aspergilus termasuk jamur kontaminan. Spesies yang sering dianggap penyebab penyakit adalah : A. Fumigatus, A. niger, A. flavus. Cara infeksi tergantung lokasi yang diinfeksi ada beberapa bentuk yaitu : Aspergilosis kulit,  Aspergilosis sinus, Aspergilosis paru, Aspergilosis sistemik.
Bahan pemeriksaan berasal dari sputum, sekret hidung, nanah, kerokan kulit, kerokan kuku, biopsi jaringan dll. Pemeriksaan langsung dari bahan pemeriksaan ditemukan hifa bersekat, bercabang dengan atau tanpa spora, ditemukan bangunan aspergilus vesikel, sterigmata. Pada media Sabaroud agar dapat tumbuh  cepat pada suhu ruang membentuk koloni  mold yang granuler, berserabut dengan beberapa warna sebagai salah satu ciri identifikasi.  Aspergilus fumigatus koloni berwarna hijau. Aspergilus niger koloni berwarna hitam dan Aspergilus flavus koloni berwarna putih atau kuning.
    

Jumat, 02 Oktober 2015

PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH



A.    Pra Analitik

·   Persiapan pasien: tidak memerlukan persiapan khusus
·   Persiapan sampel:
-          Darah kapiler segar akan memberikan morfologi dan hasil pewarnaan yang optimal pada sediaan apus
-          Darah EDTA (etilen diamin tetra asetat). EDTA dapat dipakai karena tidak berpengaruh terhadap morfologi eritrosit dan lekosit serta mencegah trombosit bergumpal. Tes sebaiknya dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam. Tiap 1 ul  EDTA digunakan untuk 1 ml darah vena

·   Prinsip tes:
Prinsip sediaan apus: dibuat apusan darah pada kaca objek.
Prinsip pewarnaan didasarkan pada sifat kimiawi dalam sel. Zat warna yang bersifat asam akan bereaksi dengan komponen sel yang bersifat alkalis, demikian pula sebaliknya. Pewarnaan sediaan apus menggunakan prinsip Romanosky yaitu menggunakan dua zat warna yang berbeda yang terdiri dari Azure B (trimethylthionin)yang bersifat basa dan eosin Y (tetrabromoflourescein) yang bersifat asam seperti yang dianjurkan oleh the International Council for Standardization in Hematology, dan pewarnaan yang dianjurkan adalah Wright-Giemsa dan May Grunwald-Giemsa (MGG).
·   Alat dan bahan
Alat:
a.       Kaca Objek 25x75 mm
b.      Batang  gelas
c.       Rak kaca objek
d.      Pipet Pasteur
            Bahan/reagen :
1.      Metanol absolut dengan kadar air kurang dari 4%, disimpan dalam botol yang tertutup rapat untuk mencegah masuknya uap air dari udara .
2.      Zat warna Wright
Zat warna Wright  ………….. 1 gr
Methanol absolut …………….600 ml
Penambahan alkohol sedikit demi sedikit, sambil dikocok dengan baik dengan bantuan  10–20 butir gelas. Tutup rapat untuk mencegah   penguapan dan disimpan ditempat  yang gelap  selama  2 – 3 mg, dengan sering-sering dikocok, saring sebelum dipakai.
3.      Larutan dapar  pH  6,4
Na2HPO4         2,56 g
KH2PO4           6,63 g
Air suling           1     L
Sebagai pengganti larutan dapar, dapat dipakai air suling yang pHnya diatur dengan penambahan tetes demi tetes larutan Kalium bikarbonat 1% atau larutan HCl 1% sampai indikator Brom Thymol Blue ( larutan 0,04 % dalam air suling ) yang ditambahkan mencapai warna biru.
4.      Zat warna Giemsa
Zat warna giemsa         1g
Methanol absolut          10 ml
Hangatkan campuran ini sampai 50°C dan biarkan selama 15 menit, kemudian disaring. Sebelum dipakai, campuran ini diencerkan sebanyak 20 x dengan larutan dapar  pH 6,6. Untuk mencari parasit malaria, dianjurkan menggunakan larutan dapar pH 7,2 
5.   Zat warna May - Grunwald
Methylene blue dalam methanol
1% eosin dan 1 % methylene blue

B. Analitik

Cara Membuat Sediaan Apus
1.      Dipilih kaca objek yang bertepi rata untuk digunakan sbg “ kaca peng-apus “ sudut kaca objek yang dipatahkan, menurut garis diagonal untuk dapat menghasilkan sedian apus darah yang tidak mencapai tepi kaca objek
2.      Satu tetes kecil darah diletakkan pada ± 2 –3 mm dari ujung kaca objek.Kaca penghapus diletakkan dengan sudut 30 – 45 derajat terhadap kaca objek didepan tetes darah.
3.      Kaca pengapus ditarik kebelakang sehingga tetes darah , ditunggu sampai darah menyebar pada sudut tersebut.
4.      Dengan gerak yang mantap , kaca penghapus didorong sehingga terbentuk apusan darah sepanjang 3 – 4 cm pada kaca objek. Darah harus habis sebelum kaca penghapus mencapai ujung lain dari kaca objek. Apusan darah tidak bolah terlalu tipis atau terlalu tebal, ketebalan ini dapat diatur dengan mengubah sudut antara kedua kaca objek dan kecepatan menggeser. Makin besar sudut atau makin cepat menggeser, maka makin tipis apusan darah yang dihasilkan.
5.      Apusan darah dibiarkan mengering di udara. Identitas pasien ditulis pada bagian tebal apusan  dengan pensil kaca.

Sediaan Yang Baik Mempunyai Ciri – ciri :
1.      Tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya setengah sampai dua pertiga panjang kaca
2.      Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu eritrosit terletak berdekatan tanpa bertumpukan.
3.      Rata , tidak berlubang-lubang dan  tidak bergaris-garis
4.      Mempunyai penyebaran lekosit yang baik, tidak berhimpun pada pinggir-pinggir   atau ujung-ujung sediaan

Cara Mewarnai Sediaan Apus

I.    Pewarnaan Wright
1.   Letakkan sediaan apus pada dua batang gelas
2.      Fiksasi sediaan apus dengan metanol absolut 2 – 3 menit.
3.      Genangi sediaan apus dengan zat warna Wright biarkan 3 – 5 menit.
4.      Tambahkan larutan dapar tercampur rata dengan zat warna. Biarkan selama 5 – 10 menit.
5.      Bilas dengan air ledeng, mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih kuat dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna. Letakkan sediaan hapus dalam rak dalam posisi tegak dan biarkan mengering.
II. Pewarnaan Giemsa                                                                             
1.      Letakkan sediaan apus pada dua batang gelas di atas bak tempat pewarnaan.
2.      Fiksasi sediaan apus dengan metanol absolut 2 – 3 menit.
3.      Genangi sediaan apus dengan zat warna Giemsa yang baru diencerkan. Larutan Giemsa yang dipakai adalah 5%, diencerkan dulu dengan larutan dapar. Biarkan selama 20 – 30 menit.
4.      Bilas dengan air ledeng, mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih kuat dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna. Letakkan sediaan hapus dalam rak dalam posisi tegak dan biarkan mengering.
III. Pewarnaan May Grunwald – Giemsa (MGG)
1.      Letakkan sediaan apus yang telah difiksasi diatas rak pewarnaan
2.      Genangi sediaan apus dengan zat warna May Grunwald yang telah siap pakai, biarkan 2 menit
3.      Tambahkan larutan buffer pH 6.4 sama banyak dengan larutan MGG yang telah diberikan sebelumnya. Tiup agar larutan dapat tercampur rata dengan zat warna. Biarkan selama 2 menit
4.      Bilas dengan air (buang kelebihan zat warna)
5.      Genangi dengan larutan Giemsa 5% (larutan buffer pH 6.4 10 ml + Giemsa 0,5 ml) biarkan selama 10-15 menit.
6.      Bilas dengan air ledeng , mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih kuat dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna. Letakkan sedian dalam sikap vertikal dan biarkan mengering sendiri.

Sumber Kesalahan
1.      Kesalahan dalam persiapan penderita, pengambilan dan penyimpanan bahan pemeriksaan
2.      Sediaan apus terlalu biru memungkinkan disebabkan  oleh apusan yang terlampau tebal , pewarnaan terlalu lama , kurang pencucian , zat warna atau larutan dapar yang alkalis.
3.      Sediaan apus terlalu merah mungkin disebabkan oleh sat warna sediaan atau larutan dapar yang asam. Larutan dapar yang terlalu asam dapat menyebabkan lekosit hancur.
4.      Bercak-bercak zat warna pada sediaan apus dapat disebabkan oleh zat warna tidak disaring sebelum dipakai atau pewarnaan terlalu lama sehingga zat warna mengering pada sedian.
5.      Morfologi sel yang terbaik adalah bila menggunakan darah tepi langsung tanpa anti koagulan. Bila menggunakan anti koagulan  sediaan apus harus dibuat segera, tidak lebih dari satu jam setelah pengambilan darah. Penggunaan antikogulan heparin akan menyebabkan latar belakang berwarna biru dan lekosit menggumpal
6.      Sediaan hapus yang tidak rata dapat disebabkan oleh kaca pengapus yang tidak bersih atau pinggirannya tidak rata atau oleh kaca objek yang berdebu, berlemak atau bersidik jari.
7.      Fiksasi yang tidak baik menyebabkan perubahan morfologi dan warna sediaan. Ini mungkin terjadi apa bila fiksasi dilakukan menggunakan methanol yang tidak absolut karena telah menyerap uap air akibat penyimpanan yang tidak baik.
8.      Fiksasi yang tidak dilakukan segera setelah sediaan apus kering dapat mengakibatkan perubahan morfologi lekosit.
·         Nilai Rujukan:
Evaluasi Eritrosit
Yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi eritrosit adalah morfologi, perhatikan:
-          Ukuran (size):
Diameter eritrosit yang normal (normositik) adalah 6 – 8 µm atau kurang lebih sama dengan inti limposit kecil
-          Bentuk (shape):
Bentuknya bikonkaf bundar dimana bagian tepi lebih merah daripada bagian sentralnya
-          Warna (staining):
Bagian sentral lebih pucat disebut akromia sentral yang luasnya antara 1/3 -1/2 kali diameter eritrosit
-          Benda-benda inklusi (structure intracel):
-          Distribusi : merata
Evaluasi Lekosit
Lekosit adalah sel berinti. Dalam darah tepi yang paling banyak ditemukan adalah sel polimorfonuklear netrofil (PMN). Jenis lekosit yang normal yang ditemukan dalam darah tepi adalah eosinofil (1% - 3%), bisafil (0-1%), netrofil batang (2%-6%), netrofil segmn atau sel PMN (50%-70%), limfosit (20%-40%) dan monosit (2%-8%). Dalam keadaan normal diperkirakan terdapat 1 lekosit per 500 eritrosit
Evaluasi Trombosit
Diameter trombosit adalah 1-3 µm, tidak berinti, mempunyai granula dan bentuknya reguler. Perkiraan jumlah trombosit dalam keadaan normal diperkirakan terdapat  1 trombosit per 15 – 20 eritrosit atau 5 – 15 per lapangan pandang imersie

C. Pasca Analitik
Evaluasi Eritrosit
Dengan pemeriksaan ini dapat ditemukan berdasarkan morfologi yakni
-          Anemia Mikrositik Hipokrom misalnya pada penderita defisiensi Fe.
-          Anemia Normositik Normokrom misalnya pada pendarahan akut.
-          Anemia Mikrositik misalnya pada defisiensi Vit. B12 dan asam folat.
Bentuk eritrosit hemolisis :
-          Morfologi secara umum adalah polikromatofilik, makrosit, dansel eritrosit berinti. Bentuk morfologi khusus bervariasi tergantung etiologi kerusakan eritrosit:
·         Akantosit pada abetalipoproteinemia, sirosis, uremia,Haemolytic Uremic Syndrome (HUS), anemia hemolitik.
·         Ekinosit pada abetalipoproteinemia, sirosis, uremia HUS,
·         Sel Target pada Hb C atau E, penyakit hati, ikterus obstruktif, talasemia, pasca splenektomi.
·         Sel tetes Air Mata pada mielofibrosis, talasemia, anemia hemolitik, mieloftisis.
·         Sickle Cell pada sickle cell anemia.
·         Sferosit pada hemolisis didapat maupun herediter.
·         Ovalosit pada ovalositosis herediter.
·         Sistosit pada talasemia, anemia hemolitik, mikroangiopati.
Distribusi abnormal eritrosit
Rouleaux formation pada multipel mieloma, makroglobulinemia Waldenstorm.
      Benda-benda inkuilis dalam eritrosit
-          Normoblast pada pendarahan akut, hemolisis berat mielofibrosis, asplenia, leukimia, mieloftsis.
-          Basophilic Stippling anemia sindroma Mielodisplasia.
-          Howell Jolly Bodies pada anemia megaloblastik, asplenia, hemolisis berat.
-          Cabot’s, Ring pada hemolisis berat.
-          Heinz Bodies pada talasemia, anemia hemolitik karena obat, leukemia
-          Parasit : plasmodium malaria, biasanya disertai dengan tanda-tanda hemolitik.
Evaluasi Lekosit
Pada apusan ditemukan tanda infeksi seperti persentase jumlah netrofil, limfosis meningkat, hipersegmentasi, granulasitoksis, dan vacuolisasi sitoplasma.
Evaluasi Trombosit
Trombositosis dapat ditemukan pada
Mieloproliferatif, pendarahan akut, infeksi, penyakit inflamasi, Hodgkin, trombosis vena, post splenektomi.
Trombositopenia dapat ditemukan pada :
Radiasi eritroleukimia, anemia megaloblastik, giant hemangioma,Thrombotic Purpura (TTP), Disseminated Intravasucular oagulation (DIC), purpura trombositopenia karena obat, pasca tranfusi, SLE, Immunologic, Thrombocytopenia Purpura(ITP)
Trombosit besar dapat ditemukan pada: May Hegglin anomaly,Sindroma Mielodisplasia, AML.