Jumat, 28 Agustus 2015

KANKER DARAH (LEUKEMIA)



Leukemia (kanker darah) adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel darah. Istilah leukemia mencakup keganasan yang terjadi pada sel-sel darah putih, sel-sel darah merah (erythroleukemia) ataupun pada elemen lainnya pada darah. Keganasan dimulai ketika terjadi pertumbuhan blast cell pada leukosit secara abnormal yang kemudian akan mendesak sel-sel darah putih, sel-sel darah merah, dan platelet-platelet yang normal. Ini membuat darah berat untuk melakukan pekerjaannya. Untuk memahami leukemia, kita perlu memahami bagaimana proses terbentuknya sel-sel darah yang normal. 
Kebanyakan sel-sel darah berkembang dari sel-sel di sumsum tulang yang disebut sel-sel induk. Sel induk dewasa menjadi berbagai jenis sel darah. Ketika sel darah tersebut rusak, akan mati dan digantikan oleh sel-sel baru. Masing masing sel darah memiliki pekerjaan khusus, yaitu :
o    Sel darah putih (leukosit) : untuk melawan infeksi.
  • Sel darah merah (eritrosit) : untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Trombosit (platelet): berperan pada proses pembekukan darah.





Sel induk matang akan menjadi sel batang myeloid atau sel induk limfoid. Sel induk myeloid matang dapat membentuk sel darah merah, trombosit, atau salah satu jenis sel darah putih.  Sedangkan sel induk limfoid matang dapat membentuk satu dari beberapa jenis sel darah putih. Sel darah putih yang terbentuk dari myeloid berbeda dengan yang terbentuk dari limfoid.  Sel-sel darah tersebut matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke pembuluh darah.
Pada orang dengan leukemia, sumsum tulang membuat sel darah putih abnormal. Tidak seperti sel darah normal, sel-sel leukemia tidak mati pada saat yang seharusnya. Mungkin justru akan menyerang sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit normal.



Jenis Jenis Leukemia

  • Leukemia Kronis
Pada awal penyakit, sel-sel leukemia masih bisa melakukan beberapa pekerjaan sel darah putih normal. Pasien mungkin tidak memiliki gejala apapun pada awalnya. Dokter pada umumnya mendeteksi dini leukemia kronis pada pemeriksaan rutin. Perlahan-lahan, leukemia kronis memburuk. Karena jumlah sel-sel leukemia dalam darah meningkat, orang mengalami gejala, seperti pembengkakan kelenjar getah bening atau infeksi. Ketika gejala muncul, biasanya ringan pada awalnya dan memburuk secara bertahap.
  • Leukemia Akut 
Sel-sel leukemia tidak dapat melakukan pekerjaan sel darah putih normal. Jumlah sel leukemia meningkat pesat. Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari.

Leukemia juga diklasifikasikan berdasarkan jenis sel darah putih yang terkena. Leukemia yang mempengaruhi sel-sel limfoid disebut limfoid, limfositik, atau lymphoblastic leukemia. Leukemia yang mempengaruhi sel-sel myeloid disebut myeloid, myelogenous, atau myeloblastic leukemia. 
  • Chronic lymphocytic leukemia (CLL) 
Paling sering terjadi terjadi pada orang tua (berusia 55 tahun keatas). Kadang kadang juga diderita oleh dewasa muda dan hampir tidak pernah pada anak-anak.
  • Chronic myeloid leukemia (CML)
Sering terjadi pada orang dewasa, sangat sedikit terjadi pada anak
  • Acute lymphocytic leukemia (ALL) 
Merupakan tipe leukemia yang paling sering terjadi pada anak-anak Juga ditemui pada orang dewasa, terutama yang berusia 65 tahun atau lebih.
  • Acute myeloid leukemia (AML)
Tipe ini lebih sering terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak.

Penyebab Leukemia

1.     Radiasi dari ledakan bom atom, radioterapi, dan rontgen diagnostic
2.     Merokok
3.     Paparan benzena dalam industri kimia
4.     Kemoterapi
5.     Sindrom down & beberapa penyakit keturunan lainnya
6.     Sindrom myelodysplastic dan kelainan darah lainnya
7.     Virus Human T-cell leukemia tipe I (HTLV-I) 
8.     Sejarah keluarga leukemia (faktor genetik) 

Gejala Leukemia

o    Pembengkakan kelenjar getah bening yang biasanya tidak sakit
o    Demam atau berkeringat di malam hari
o    Sering infeksi
o    Merasa lemah atau lelah
o    Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut
o    Berat badan turun drastis tanpa sebab jelas
o    Nyeri pada tulang atau sendi
o    Pendarahan dan mudah memar (gusi berdarah, bercak keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)

Diagnosa Leukemia


o    Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan kelenjar getah bening, limpa, atau hati.

o    Pemeriksaan darah : Penghitungan darah lengkap oleh laboratorium untuk memeriksa jumlah sel darah putih, sel darah merah, dan platelet. Leukemia menyebabkan jumlah sel darah putih sangat tinggi. Juga seringkali ditemukan rendahnya tingkat trombosit dan hemoglobin dalam sel darah merah.

o    Biopsi : Pengambilan beberapa sumsum tulang dari tulang pinggul atau tulang besar lainnya. Dua cara yang umum digunakan adalah dengan aspirasi sumsum tulang yang menggunakan jarum berongga tebal untuk mengambil sumsum tulang dan dengan biopsi sumsum tulang yang menggunakan jarum berongga sangat tebal untuk mengangkat sepotong kecil tulang dan sumsum tulang.

o    X-ray Dada : Untuk menunjukkan adanya pembengkakan kelenjar getah bening atau tanda-tanda lain dari penyakit di dalam dada pasien.
o    Sitogenetik : Penelitian kromosom dari sampel sel darah, sumsum tulang, atau kelenjar getah bening oleh laboratorium. Jika kromosom abnormal ditemukan, tes dapat menunjukkan jenis leukemia yang dimiliki. Misalnya, orang dengan CML memiliki kromosom Philadelphia.

o    Spinal Tap : Pengambilan beberapa cairan cerebrospinal (cairan yang mengisi ruang di dalam dan sekitar otak dan sumsum tulang belakang). Proses ini menggunakan jarum panjang tipis untuk mengeluarkan cairan dari tulang punggung bagian bawah. Prosedur ini memakan waktu sekitar 30 menit dan dilakukan dengan anestesi lokal. Anda harus berbaring selama beberapa jam setelahnya, agar tidak pusing. Laboratorium akan memeriksa cairan untuk meneliti adanya sel-sel leukemia atau tanda-tanda lain dari masalah.

Pengobatan Leukemia

1.    Kemoterapi 
Kebanyakan orang dengan leukemia menjalani kemoterapi, untuk membunuh sel-sel leukemia. Kemoterapi dapat diberikan dalam beberapa cara berbeda, dapat melalui mulut, melalui suntikan ke dalam pembuluh darah, melalui kateter, melalui injeksi langsung ke cairan cerebrospinal dan melalui injeksi ke dalam tulang belakang atau reservoir Ommaya.

2.    Kateter
Ketika kemoterapi diberikan dengan cara ini, sebuah tabung tipis fleksibel dipasang di pembuluh darah besar, seringkali pada dada bagian atas. Sebuah kateter menetap seringkali berguna untuk orang yang membutuhkan banyak perawatan intravena. Paramedis akan menyuntikkan obat ke dalam kateter, daripada langsung ke pembuluh darah. Metode ini menghindari banyaknya suntikan, yang dapat melukai pembuluh darah dan kulit dan kurang nyaman di kulit.
3.    Radioterapi 
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Orang-orang mendapatkan radioterapi di rumah sakit ataupun klinik.  Beberapa orang menerima radiasi dari sebuah mesin besar yang ditujukan ke pankreas, otak, atau bagian lain dari tubuh di mana sel-sel leukemia menumpuk. Radiasi biasanya diberikan sekali atau dua kali sehari selama beberapa hari, biasanya sebelum transplantasi sel induk. Efek samping dari terapi radiasi tergantung terutama pada dosis radiasi dan bagian tubuh yang terpapar

4.    Transplantasi Sel Induk 
Transplantasi sel induk memungkinkan pasien untuk mendapat kemoterapi, radiasi atau keduanya untuk menghancurkan sel-sel leukemianya. Setelah pasien menerima kemoterapi dosis tinggi atau terapi radiasi, pasien akan menerima sel-sel induk yang sehat melalui pembuluh darah besar. Sel darah baru berkembang dari sel induk yang ditransplantasikan. Sel-sel darah baru menggantikan yang dihancurkan oleh pengobatan. Namun, setelah transplantasi sel induk, pasien akan beresiko tinggi terkena infeksi dan perdarahan karena dosis besar kemoterapi ataupun radiasi yang diterima. Dibutuhkan waktu bagi sel-sel induk yang ditransplantasikan untuk mulai menghasilkan sel darah yang sehat. 
Masalah lain dengan transplantasi sel induk adalah terjadinya penyakit graft-versus-host (GVHD) dapat terjadi pada orang yang menerima menyumbangkan sel induk. Dalam GVHD, sel-sel darah putih yang disumbangkan bereaksi terhadap jaringan normal pasien. Paling sering, hati, kulit, atau saluran pencernaan terpengaruh. GVHD bisa ringan atau sangat parah. Hal ini dapat terjadi setiap saat setelah transplantasi, bahkan bertahun-tahun kemudian. Steroid atau obat lain dapat membantu.

5.
    Injeksi ke dalam cairan Cerebrospinal 
Jika ahli patologi menemukan sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di dalam dan sekitar otak serta syaraf tulang belakang, bisa dilakukan kemoterapi intratekal. Dokter kemudian akan menyuntikkan obat langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan karena obat yang diberikan melalui suntikan intravena atau diminum seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang belakang.

      6.
    Terapi Biologi
Terapi biologi untuk leukemia adalah terapi dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit. Salah satu jenis terapi biologi adalah zat yang disebut antibodi monoklonal. Ini diberikan melalui infus intravena. Zat ini berikatan dengan sel-sel leukemia. Salah satu jenis antibodi monoklonal membawa racun yang membunuh sel-sel leukemia. Jenis lain membantu sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel leukemia.
Untuk beberapa orang dengan CML diberikan terapi biologi dengan obat Interferon. Interferon adalah sekumpulan protein yang dilepaskan oleh sel yang terinfeksi virus yang dapat membantu sel-sel normal untuk membuat protein antivirus. Interferon juga membantu tubuh untuk mengurangi proliferasi (pertumbuhan dan reproduksi) sel leukemia, sementara memperkuat respons kekebalan tubuh.
Interferon-alfa (INFA) adalah jenis interferon yang sering digunakan untuk mengobati leukemia. INFA biasanya ditawarkan kepada pasien yang baru terdiagnosa, yang bukan kandidat untuk transplantasi sel induk. Efek samping yang mungkin ditimbulkan antara lain : demam, menggigil, nyeri otot dan tulang, sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, dan keluhan seperti flu ketika memulai pengobatan. Gejala seperti itu biasanya berlangsung selama 1-2 minggu. Efek samping biasanya membaik setelah terapi dengan INFA selesai. 

      7.    Targeted Terapi
Imatinib (Gleevec) adalah targeted terapi pertama yang disetujui untuk CML. Dalam kasus resistansi terhadap Imatinib, terutama pada kasus CML stadium lanjut, obat-obatan seperti Tasigna (second generation Gleevec), AMN 107 ataupun BMS-354825 menjanjikan harapan. Saat ini kecuali Tasigna, obat-obatan ini masih dalam uji coba klinis. 
Targeted terapi menggunakan obat-obatan yang menghambat pertumbuhan sel-sel leukemia. Misalnya, targeted terapi dapat menghalangi mekanisme protein abnormal yang merangsang pertumbuhan sel-sel leukemia. 
Efek samping dari Targeted terapi, antara lain: pembengkakan, kembung, dan kenaikan berat badan secara tiba-tiba. Targeted terapi juga dapat menyebabkan anemia, mual, muntah, diare, kram otot, atau ruam. Diskusikan dengan dokter Anda bila menemukan gejala efek samping.