Jumat, 18 September 2015

MAKALAH VIRUS EBOLA



BAB I. PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
            Negara Zaire menjadi perhatian dunia karena di sana banyak penderita meninggal akibat serangan Demam Berdarah Ebola (DBE). DBE disebabkan oleh semacam virus ganas yang relatif baru, yaitu virus Ebola. Virus ini sudah disolasi sejak tahun 1967 dari penderita-penderita di Jerman dan Yugoslavia, yang kemudian ternyata terinfeksi dari monyet yang berasal dari Uganda. Nama Ebola diambil dari nama sebuah sungai di Zaire asal virus tersebut diisolasi pertama kali. Beberapa negara di Afrika juga pernah terserang Demam Berdarah Ebola. Kekhawatiran muncul bila virus ini menular ke negara lain yang dimungkinkan oleh sistem transportasi yang serba canggih.
            Di Kongo Barat Laut 5000 ekor gorila mati akibat terinfeksi virus Ebola, yang memusnahkan hampir separuh populasi hewan yang terancam punah. Simpanse juga banyak yang mati akibat virus ini. Para ahli menyatakan bahwa virus Ebola yang sangat menular ini terutama tersebar melalui kontak antar kelompok gorila dan simpanse, bahkan manusia juga bisa terinfeksi oleh virus Ebola. Virus ini pertama kali ditemukan tahun 1976 di Kongo, dan sejauh ini hanya ditemukan di Afrika saja. Wabah virus Ebola terakhir di Uganda pada Oktober 2000, ketika 173 orang meninggal dan total 426 orang terdiagnosis mengidap virus itu di Uganda bagian utara. Penularan virus Ebola hanya terjadi melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus ini akan meninggal dunia, karena sampai sekarang virus ini belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus ini.
            WHO menyatakan lebih dari 1.000 orang meninggal karena Ebola sejak virus itu pertama kali teridentifikasi pada 1976 di Sudan dan Kongo. Bisaanya wabah bisa diatasi dengan cepat karena virus ini membunuh korbannya lebih cepat sebelum menular ke individu lain. Sampai saat ini, tercatat sekitar 1.500 kasus demam akibat virus Ebola terjadi di seluruh dunia. Gejala awal sakit akibat virus ini antara lain berupa demam, sakit kepala, tenggorokan kering, lemas, pilu otot, diare, dan sakit perut.
Di Indonesia, sampai dengan saat ini belum ada yang dilaporkan terinfeksi oleh virus Ebola. Akan tetapi, dengan kemajuan sistem transfortasi pada saat ini, tidak menutup kemungkinan virus Ebola bisa mewabah di Indonesia. Untuk itu, diperlukan usaha pencegahan yang bisa diterapkan untuk mencegah masuknya virus Ebola di Indonesia mengingat virus ini sangat mudah menular dan sangat mematikan karena sampai sekarang belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus Ebola.

2.      Rumusan Masalah
I.       Apa pengertian virus ebola
II.    Bagaimana struktur virus ebola
III. Bagaimana patogenesis virus ebola
IV. Bagamana patofisiologi virus ebola
V.    Bagaimana gejala klinik penderita virus ebola
VI. Bagaimana diagnosis laboratorium virus ebola
VII. Bagaimana pencegahan virus ebola
      

3.      Tujuan
I.       Untuk mengetahui pengertian virus ebola
II.    Untuk mengetahui struktur virus ebola
III. Untuk mengetahui patogenesis virus ebola
IV. Untuk mengetahui patofisiologi virus ebila
V.    Untuk mengetahui gejala klinik penderita virus ebola
VI. Untuk mengetahui diagnosis laboratorium virus ebola
VII. Untuk mengetahui pencegahan terhadap virus ebola

BAB II. PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Virus ebola merupakan virus penyebab demam berdarah ebola (DBE) yang menyebabkan pendarahan internal massif dan mematikan. Virus ini diduga berasan dari Afrika yang ditularkan dari binatang primate ke manusia.
Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga nama dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Virus ini mempengaruhi sel indotelial pada permukaan pembuluh darah. Selain itu virus ebola juga mempengaruhi proses koagulasi, dimana pembuluh darah mengalami kerusakan dan platelet tidak bisa terkoagulasi, sehingga penderita akan mengalami syok hipovolemik. Virus yang ditularkan melauli cairan tubuh ini pertama kali menyebabkan wabah demam berdarah ebola pada tahun1976 di Zaire.
Sejauh ini, Ebola adalah penyakit yang paling mematikan diseluruh dunia. Kesempatan untuk hidup jika terinfeksi penyakit ini masih 0% alias tidak mungkin, dan sampai sekarang masih dicari vaksinnya. Penderita biasanya bisa langsung meninggal dalam siklus 6 hari sampai 20 hari, alias sangat cepat. Sekarang bisa dikatakan bahwa Ebola adalah penyakit yang paling dihindari untuk terjangkit diseluruh dunia.

B.     Struktur Virus
           Morfologi virus ebola berbentuk tubular berfilamen, amun bisa ditemukan juga dalam bentuk sirkuler atau bercabang. Virion biasanya berdiameter 80 nm dan memiliki panjang bervariasi antara 800 – 1000 nm.
          

           Genom virus ebola terdiri dari RNA untai tunggal berpolaritas negatif  dengan panjang 18.959 – 18.961 pasang basa. Genom viral mengkode 7 protein struktural  dan 1 protein nonstruktural  seperti pada gambar 14.7. 


 




Ditengah-tengah virion terdapat nukleokapsid berbentuk heliks melindungi genom viral yang terdiri dari RNA yang membentuk kompleks dengan protein viral NP, VP35, VP30 dan protein L. Virus ebola juga memiliki tonjolan (spikes) yang terdiri dari glikoprotein yang terdapat pada selubung luar virus. Diantara selubung viral dengan nukleokapsid terdapat matriks yang terdiri  dari protein viral VP40 dan VP24 (Gambar 14.8)
 












C.     Patogenesis
Virus ebola mampu bereplikasi dengan cepat di sel-sel tubuh manusia antara lain di sel endotelial, sel monosit, makrofak dan sel hepar. Setelah virus masuk ke dalam sel hospes, didalam sekretori glikoprotein (sGP) , glikoprotein viral (GP) disintesis. Replikasi virus ebola dalam sel mengacaukan sintesis protein hospes dan system imun hospes.
Glikoprotein viral membentuk klompleks trimerik yang merupakan komponen untuk virus mengikatkan dirinya pada lapisan sel endotelial yang melapisi dinding bagian dalam, pembuluh darah. Komponen dimerik dari sGP protein, yangmerupakan komponen kompleks trimeric glikoprotein viral telah mengalabui kerja neutrophil sehingga virus dapat berlindug dari system imundengan menghambat langka awal aktivitas neutrophil.
Keberadaan partikel virus dan kerusakan sel akibat proses budding pada saat virion keluar dari dalam sel yang terinfeksi, mengakibatkan pelepasan sitokin terutama TNF-a, IL-6, IL-8 dan lainnya, yang merupakan molekul signal untuk aktivitas proses demam dan inflamasi. Disamping itu efek sitopatogenik virus pada sel indotelial yang melapisi bagian dalam pembulu darah, dapat menyebabkan kebocoran pada dinding sel pembuluh darah.
Kebocoran pada dinding sel pembuluh darah ini diperparah oleh efek sintesis glikoprotein viralyang mengambil glikoprotein sel yang terinfeksi, sehingga mempengaruhi fungsi protein integrin yang bertanggung jawab pada intergritas struktur ikatan intraseluler. Hal ini dapat menimbulkan permeabilitas dinding pembuluh darah. Disamping itu infeksi virus ebola pada sel hepatosis menyebabkan kerusakan pada sel hati, sehingga mengakibatkan koagulopati atau kelainan pada system pembuluh darah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ketika dinding pembuluh darah mengalami kebocoran dan mekanisme koagulasi tidak bekerja secara efektif, maka darah akan keluar dari pembuluh darah sehingga menyebabkan hipovolemik dan syok.

D.    Patofisiologi
            Penyakit ebola menyebar dan masuk ke dalam tubuh host melalui berbagai macam cara antara lain melalui jarum suntik , donor darah , dan melalui kontak langsung tangan.
Tahapan penularan virus ebola dari penderita satu ke penderita lainnya antara lain :
1.      virus Ebola menginfeksi subjek melalui kontak dengan cairan tubuh atau sekret dari pasien yang terinfeksi dan didistribusikan melalui sirkulasi. melalui lecet di kulit selama perawatan pasien, ritual penguburan dan mungkin kontak dengan daging secara terinfeksi, atau di permukaan mukosa.Terkadang jarum suntik merupakan rute utama dari eksposur kerja.
2.      target awal dari replikasi adalah sel-sel retikuloendotelial, dengan replikasi tinggi      dalam beberapa tipe sel di dalam hati, paru-paru dan limpa.
3.      sel Dendritic, makrofag dan endotelium tampaknya rentan terhadap efek cytopathic produk gen virus Ebola in vitro dan mungkin in vivo melalui gangguan jalur sinyal seluler dipengaruhi oleh mengikat, fagositosis serapan virus atau keduanya. Kerusakan tidak langsung juga dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor yang beredar seperti faktor tumor nekrosis dan oksida nitrat
sehingga kontak langsung antara setiap individu sangat memegang peranan penting dalam penyebaran dan penularan penyakit ebola di dalam masyarakat. Karena kita tidak bias menghindari kontak secara individu .sebab, hal itu terjadi tanpa kita tahu kondisi dan sifat yang sebenarnya.

E.     Gejala Klinik
            Masa inkubasi infeksi virus ebola antara 2 – 21 hari. Penyakit ditandai dengan gejalan yang timbul secara memdadak dan cepat berupa demam, malaise, sakit otot, sakit kepala dan inflamasi pada faaring. Setelah 6 hari dilanjutkan dengan muntah dan diare berdarah, pendarahan dan ruam maculopapular.
            Gejala klinik yang umum terjadi adalah sakit pada lambung, demam, sakit kepala, muntah darah, ruam pada kulit, malaise, sakit oto dan persendian, inflamasi pada faring, darah tidak dapat membeku, sakit pada dada, gangguan syaraf pusat, dehidrasi, gangguan tenggorokan, pendarahan, diareh dan muntah. Adanya purpura, petekia, sklerotika arteriol dan penurunan tekanan darah adalah tanda bahwa perjalanan penyakit semaikin parah.
            Demam berdarah ebola (DBE) bersifat mematikan disebabkan pendarahan internal dan eksternal, syok hipovolemik dan gangguan organ tubuh lainnya.

F.      Diagnosis Laboratorium
              Pemeriksaan virus ebola dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan cara mengisolasi virus, mendeteksi genom atau protein virus, ataudenga cara mendeteksi keberadaan antibodi  spesifik dalam darah penderita. Isolasi virus dapat dilakukan dengan cara kultur sel, dan cara mendeteksi RNA viral dapat dilakukan dengan teknik polymerase chain reaction (PCR). Sedangkan unutuk mendeteksi protein vial dapat dilakukan dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) pada tahap awal terjadi infeksi. Teknik ELISA, juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap virus ebola dalam darah penderita pada tahap infeksi lanjut dan tahap pemulihan.
              Selama wabah ebola, cara diagnosis virus ebola dengan cara isolasi sangat sulit untuk dilakukan. Dalam keadaan wabah, umumnya dilakukan dengan metode real-time PCR dan teknik ELISA yang cukup sensitive dan cukup cepat hasilnya.


G.    Pencegahan
Menjelaskan ada 6 langakah pencegahan terahadap penyakit ebola
I.                   hindari daerah yang diketahui sebagai pusat awal wabah terjadi. Atau ketahui di negara mana saja virus ebola sudah menyebar. Sebagai contoh, sebelum bepergian ke Afrika, cari tahu tentang epidemi yang sedang berkembang saat ini. Cara yang dapat dilakukan dengan memeriksa ke situs Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
II.                cuci tangan sesering mungkin. Tindakan pencegahan yang satu ini merupakan salah satu langkah penting yang perlu dilakukan. Sama halnya terhadap pencegahan yang ditimbulkan dari jenis penyakit menular lainnya. Cucilah tangan menggunakan sabun atau gunakan antiseptik yang mengandung setidaknya 60 persen alkohol ketika sabun dan air tidak tersedia.
III.             Hindari daging hewan liar di dan dari negara berkembang. Hindari membeli atau memakan binatang liar, termasuk primata yang dijual di pasar lokal.
IV.             Hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi. Perlu diperhatikan juga untuk menghindari kontak dengan cairan dan jaringan tubuh seseorang, termasuk darah, air mani, cairan vagina, dan air liur. Orang yang terjangkit virus ebola paling cepat menular pada tahap akhir, biasanya ketika korban dalam keadaan parah atau bahkan sudah meninggal.
V.                Ikuti prosedur pengendalian infeksi. Jika Anda seorang petugas kesehatan, kenakan pakaian pelindung, seperti sarung tangan, masker, dan perisai mata. Jauhkan orang yang terinfeksi dari orang lain. Buang jarum dan sterilkan instrumen kesehatan lainnya. 
VI.             Jangan sembarangan menangani mayat korban ebola. Mayat orang yang meninggal karena ebola masih dapat menular. Tim khusus dan terlatih harus mengubur mayat menggunakan peralatan yang tepat

            Menon-aktifkan virus Ebola dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang bisaa dilakukan yaitu dengan penggunaan sinar Ultra violet dan radiasi sinar gama, penyemprotan formalin dengan konsentrasi 1%, beta-propiolactone, dan disinfektan phenolic dan pelarut lipid-deoxycholate dan ether.



 






Gambar 14.9. Penyemprotan Disinfektan di Tempat Isolasi Pasien Ebola













BAB III. PENUTUP

I.       Kesimpulan
            Virus ebola merupakan virus penyebab demam berdarah ebola (DBE) yang menyebabkan pendarahan internal massif dan mematikan. Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga nama dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Morfologi virus ebola berbentuk tubular berfilamen, amun bisa ditemukan juga dalam bentuk sirkuler atau bercabang. Virion biasanya berdiameter 80 nm dan memiliki panjang bervariasi antara 800 – 1000 nm.        Virus ebola mampu bereplikasi dengan cepat di sel-sel tubuh manusia antara lain di sel endotelial, sel monosit, makrofak dan sel hepar. Setelah virus masuk ke dalam sel hospes, didalam sekretori glikoprotein (sGP) , glikoprotein viral (GP) disintesis. Replikasi virus ebola dalam sel mengacaukan sintesis protein hospes dan system imun hospes. Penyakit ebola menyebar dan masuk ke dalam tubuh host melalui berbagai macam cara antara lain melalui jarum suntik , donor darah , dan melalui kontak langsung tangan. Gejala klinik yang umum terjadi adalah sakit pada lambung, demam, sakit kepala, muntah darah, ruam pada kulit, malaise, sakit oto dan persendian, inflamasi pada faring, darah tidak dapat membeku, sakit pada dada, gangguan syaraf pusat, dehidrasi, gangguan tenggorokan, pendarahan, diareh dan muntah. cara diagnosis virus ebola dengan cara isolasi sangat sulit untuk dilakukan. Dalam keadaan wabah, umumnya dilakukan dengan metode real-time PCR dan teknik ELISA yang cukup sensitive dan cukup cepat hasilnya. untuk menghindari agar tidak tertular oleh virus Ebola, antara lain: menghindari area yang terkena serangan virus Ebola, tidak melakukan kontak dengan pasien atau mayat yang terjangkit  virus Ebola, dan mengggunakan perlengkapan khusus



II.  Saran
            Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Sebaiknya menghindari area yang terkena serangan virus Ebola, tidak melakukan kontak dengan pasien atau mayat yang terjangkit  virus Ebola, dan mengggunakan perlengkapan khusus dalam menangani penderita virus ebola.

















DAFTAR PUSTAKA



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimah kasih ya atas kunjungan Anda dan atas segala saran dan komentar.