A. Pra
Analitik
· Persiapan
pasien: tidak memerlukan persiapan khusus
· Persiapan
sampel:
- Darah
kapiler segar akan memberikan morfologi dan hasil pewarnaan yang optimal pada
sediaan apus
- Darah
EDTA (etilen diamin tetra asetat). EDTA dapat dipakai karena tidak berpengaruh
terhadap morfologi eritrosit dan lekosit serta mencegah trombosit bergumpal.
Tes sebaiknya dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam. Tiap
1 ul EDTA digunakan untuk 1 ml darah vena
· Prinsip
tes:
Prinsip
sediaan apus: dibuat apusan darah pada kaca objek.
Prinsip
pewarnaan didasarkan pada sifat kimiawi dalam sel. Zat warna yang bersifat asam
akan bereaksi dengan komponen sel yang bersifat alkalis, demikian pula sebaliknya.
Pewarnaan sediaan apus menggunakan prinsip Romanosky yaitu menggunakan dua zat
warna yang berbeda yang terdiri dari Azure B (trimethylthionin)yang bersifat
basa dan eosin Y (tetrabromoflourescein) yang bersifat asam seperti yang
dianjurkan oleh the International Council for Standardization in
Hematology, dan pewarnaan yang dianjurkan
adalah Wright-Giemsa dan May Grunwald-Giemsa (MGG).
· Alat
dan bahan
Alat:
a. Kaca
Objek 25x75 mm
b. Batang gelas
c. Rak
kaca objek
d. Pipet
Pasteur
Bahan/reagen
:
1. Metanol
absolut dengan kadar air kurang dari 4%, disimpan dalam botol yang tertutup
rapat untuk mencegah masuknya uap air dari udara .
2. Zat
warna Wright
Zat
warna Wright ………….. 1 gr
Methanol
absolut …………….600 ml
Penambahan
alkohol sedikit demi sedikit, sambil dikocok dengan baik dengan
bantuan 10–20 butir gelas. Tutup rapat untuk
mencegah penguapan dan disimpan
ditempat yang gelap selama 2 – 3 mg,
dengan sering-sering dikocok, saring sebelum dipakai.
3. Larutan
dapar pH 6,4
Na2HPO4 2,56
g
KH2PO4 6,63
g
Air
suling 1 L
Sebagai
pengganti larutan dapar, dapat dipakai air suling yang pHnya diatur dengan
penambahan tetes demi tetes larutan Kalium bikarbonat 1% atau larutan HCl 1%
sampai indikator Brom Thymol Blue ( larutan 0,04 % dalam air suling ) yang
ditambahkan mencapai warna biru.
4. Zat
warna Giemsa
Zat
warna giemsa 1g
Methanol
absolut 10 ml
Hangatkan
campuran ini sampai 50°C dan biarkan selama 15 menit, kemudian disaring.
Sebelum dipakai, campuran ini diencerkan sebanyak 20 x dengan larutan
dapar pH 6,6. Untuk mencari parasit malaria, dianjurkan menggunakan
larutan dapar pH 7,2
5. Zat
warna May - Grunwald
Methylene
blue dalam methanol
1%
eosin dan 1 % methylene blue
B.
Analitik
Cara
Membuat Sediaan Apus
1. Dipilih
kaca objek yang bertepi rata untuk digunakan sbg “ kaca peng-apus “ sudut kaca
objek yang dipatahkan, menurut garis diagonal untuk dapat menghasilkan sedian
apus darah yang tidak mencapai tepi kaca objek
2. Satu
tetes kecil darah diletakkan pada ± 2 –3 mm dari ujung kaca objek.Kaca
penghapus diletakkan dengan sudut 30 – 45 derajat terhadap kaca objek didepan
tetes darah.
3. Kaca
pengapus ditarik kebelakang sehingga tetes darah , ditunggu sampai darah
menyebar pada sudut tersebut.
4. Dengan
gerak yang mantap , kaca penghapus didorong sehingga terbentuk apusan darah
sepanjang 3 – 4 cm pada kaca objek. Darah harus habis sebelum kaca penghapus
mencapai ujung lain dari kaca objek. Apusan darah tidak bolah terlalu tipis
atau terlalu tebal, ketebalan ini dapat diatur dengan mengubah sudut antara
kedua kaca objek dan kecepatan menggeser. Makin besar sudut atau makin cepat
menggeser, maka makin tipis apusan darah yang dihasilkan.
5. Apusan
darah dibiarkan mengering di udara. Identitas pasien ditulis pada bagian tebal
apusan dengan pensil kaca.
Sediaan
Yang Baik Mempunyai Ciri – ciri :
1. Tidak
melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya setengah sampai dua pertiga panjang
kaca
2. Mempunyai
bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu eritrosit terletak
berdekatan tanpa bertumpukan.
3. Rata
, tidak berlubang-lubang dan tidak bergaris-garis
4. Mempunyai
penyebaran lekosit yang baik, tidak berhimpun pada
pinggir-pinggir atau ujung-ujung sediaan
Cara
Mewarnai Sediaan Apus
I. Pewarnaan
Wright
1. Letakkan
sediaan apus pada dua batang gelas
2. Fiksasi
sediaan apus dengan metanol absolut 2 – 3 menit.
3. Genangi
sediaan apus dengan zat warna Wright biarkan 3 – 5 menit.
4. Tambahkan
larutan dapar tercampur rata dengan zat warna. Biarkan selama 5 – 10 menit.
5. Bilas
dengan air ledeng, mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih kuat dengan
tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna. Letakkan sediaan hapus dalam
rak dalam posisi tegak dan biarkan mengering.
II. Pewarnaan
Giemsa
1. Letakkan
sediaan apus pada dua batang gelas di atas bak tempat pewarnaan.
2. Fiksasi
sediaan apus dengan metanol absolut 2 – 3 menit.
3. Genangi
sediaan apus dengan zat warna Giemsa yang baru diencerkan. Larutan Giemsa yang
dipakai adalah 5%, diencerkan dulu dengan larutan dapar. Biarkan selama 20 – 30
menit.
4. Bilas
dengan air ledeng, mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih kuat dengan
tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna. Letakkan sediaan hapus dalam
rak dalam posisi tegak dan biarkan mengering.
III.
Pewarnaan May Grunwald – Giemsa (MGG)
1. Letakkan
sediaan apus yang telah difiksasi diatas rak pewarnaan
2. Genangi
sediaan apus dengan zat warna May Grunwald yang telah siap pakai, biarkan 2
menit
3. Tambahkan
larutan buffer pH 6.4 sama banyak dengan larutan MGG yang telah diberikan
sebelumnya. Tiup agar larutan dapat tercampur rata dengan zat warna. Biarkan
selama 2 menit
4. Bilas
dengan air (buang kelebihan zat warna)
5. Genangi
dengan larutan Giemsa 5% (larutan buffer pH 6.4 10 ml + Giemsa 0,5 ml) biarkan
selama 10-15 menit.
6. Bilas
dengan air ledeng , mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih kuat dengan
tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna. Letakkan sedian dalam sikap
vertikal dan biarkan mengering sendiri.
Sumber
Kesalahan
1. Kesalahan
dalam persiapan penderita, pengambilan dan penyimpanan bahan pemeriksaan
2. Sediaan
apus terlalu biru memungkinkan disebabkan oleh apusan yang terlampau
tebal , pewarnaan terlalu lama , kurang pencucian , zat warna atau larutan
dapar yang alkalis.
3. Sediaan
apus terlalu merah mungkin disebabkan oleh sat warna sediaan atau larutan dapar
yang asam. Larutan dapar yang terlalu asam dapat menyebabkan lekosit hancur.
4. Bercak-bercak
zat warna pada sediaan apus dapat disebabkan oleh zat warna tidak disaring
sebelum dipakai atau pewarnaan terlalu lama sehingga zat warna mengering pada
sedian.
5. Morfologi
sel yang terbaik adalah bila menggunakan darah tepi langsung tanpa anti
koagulan. Bila menggunakan anti koagulan sediaan apus harus dibuat
segera, tidak lebih dari satu jam setelah pengambilan darah. Penggunaan
antikogulan heparin akan menyebabkan latar belakang berwarna biru dan lekosit
menggumpal
6. Sediaan
hapus yang tidak rata dapat disebabkan oleh kaca pengapus yang tidak bersih
atau pinggirannya tidak rata atau oleh kaca objek yang berdebu, berlemak atau
bersidik jari.
7. Fiksasi
yang tidak baik menyebabkan perubahan morfologi dan warna sediaan. Ini mungkin
terjadi apa bila fiksasi dilakukan menggunakan methanol yang tidak absolut
karena telah menyerap uap air akibat penyimpanan yang tidak baik.
8. Fiksasi
yang tidak dilakukan segera setelah sediaan apus kering dapat mengakibatkan
perubahan morfologi lekosit.
· Nilai
Rujukan:
Evaluasi
Eritrosit
Yang
perlu diperhatikan dalam mengevaluasi eritrosit adalah morfologi, perhatikan:
- Ukuran
(size):
Diameter
eritrosit yang normal (normositik) adalah 6 – 8 µm atau kurang lebih sama
dengan inti limposit kecil
- Bentuk
(shape):
Bentuknya
bikonkaf bundar dimana bagian tepi lebih merah daripada bagian sentralnya
- Warna
(staining):
Bagian
sentral lebih pucat disebut akromia sentral yang luasnya antara 1/3 -1/2 kali
diameter eritrosit
- Benda-benda
inklusi (structure intracel):
- Distribusi
: merata
Evaluasi
Lekosit
Lekosit
adalah sel berinti. Dalam darah tepi yang paling banyak ditemukan adalah sel
polimorfonuklear netrofil (PMN). Jenis lekosit yang normal yang ditemukan dalam
darah tepi adalah eosinofil (1% - 3%), bisafil (0-1%), netrofil batang (2%-6%),
netrofil segmn atau sel PMN (50%-70%), limfosit (20%-40%) dan monosit (2%-8%).
Dalam keadaan normal diperkirakan terdapat 1 lekosit per 500 eritrosit
Evaluasi
Trombosit
Diameter
trombosit adalah 1-3 µm, tidak berinti, mempunyai granula dan bentuknya
reguler. Perkiraan jumlah trombosit dalam keadaan normal diperkirakan
terdapat 1 trombosit per 15 – 20 eritrosit atau 5 – 15 per lapangan
pandang imersie
C. Pasca
Analitik
Evaluasi
Eritrosit
Dengan
pemeriksaan ini dapat ditemukan berdasarkan morfologi yakni
- Anemia
Mikrositik Hipokrom misalnya pada penderita defisiensi Fe.
- Anemia
Normositik Normokrom misalnya pada pendarahan akut.
- Anemia
Mikrositik misalnya pada defisiensi Vit. B12 dan asam folat.
Bentuk
eritrosit hemolisis :
- Morfologi
secara umum adalah polikromatofilik, makrosit, dansel eritrosit berinti. Bentuk
morfologi khusus bervariasi tergantung etiologi kerusakan eritrosit:
· Akantosit
pada abetalipoproteinemia, sirosis, uremia,Haemolytic Uremic
Syndrome (HUS), anemia hemolitik.
· Ekinosit
pada abetalipoproteinemia, sirosis, uremia HUS,
· Sel
Target pada Hb C atau E, penyakit hati, ikterus obstruktif, talasemia, pasca
splenektomi.
· Sel
tetes Air Mata pada mielofibrosis, talasemia, anemia hemolitik, mieloftisis.
· Sickle
Cell pada sickle cell anemia.
· Sferosit
pada hemolisis didapat maupun herediter.
· Ovalosit
pada ovalositosis herediter.
· Sistosit
pada talasemia, anemia hemolitik, mikroangiopati.
Distribusi
abnormal eritrosit
Rouleaux formation pada
multipel mieloma, makroglobulinemia Waldenstorm.
Benda-benda
inkuilis dalam eritrosit
- Normoblast
pada pendarahan akut, hemolisis berat mielofibrosis, asplenia, leukimia,
mieloftsis.
- Basophilic
Stippling anemia sindroma Mielodisplasia.
- Howell
Jolly Bodies pada anemia megaloblastik, asplenia, hemolisis berat.
- Cabot’s,
Ring pada hemolisis berat.
- Heinz
Bodies pada talasemia, anemia hemolitik karena obat, leukemia
- Parasit
: plasmodium malaria, biasanya disertai dengan tanda-tanda hemolitik.
Evaluasi
Lekosit
Pada apusan ditemukan
tanda infeksi seperti persentase jumlah netrofil, limfosis meningkat,
hipersegmentasi, granulasitoksis, dan vacuolisasi sitoplasma.
Evaluasi
Trombosit
Trombositosis
dapat ditemukan pada
Mieloproliferatif,
pendarahan akut, infeksi, penyakit inflamasi, Hodgkin, trombosis vena, post
splenektomi.
Trombositopenia
dapat ditemukan pada :
Radiasi
eritroleukimia, anemia megaloblastik, giant hemangioma,Thrombotic
Purpura (TTP), Disseminated Intravasucular oagulation (DIC),
purpura trombositopenia karena obat, pasca tranfusi, SLE, Immunologic,
Thrombocytopenia Purpura(ITP)
Trombosit
besar dapat ditemukan pada: May Hegglin anomaly,Sindroma Mielodisplasia,
AML.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimah kasih ya atas kunjungan Anda dan atas segala saran dan komentar.